Pelarian-Pelarian terhebat di Indonesia pada abad ini

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

Suud Rusli



Bukan hal mudah memburu Kopral Dua (Kopda) Marinir Suud Rusli. Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong pada hari Minggu dini hari. Untuk menangkap mantan anggota Marinir itu, TNI-AL menerjunkan tim khusus
Pentingnya penerjunan tim khusus untuk menangkap kembali Suud Rusli, karena yang bersangkutan memiliki kemampuan teknis khusus sebagai anggota pasukan khusus TNI-AL. ''Karena dia (Suud Rusli) memiliki kemampuan khusus, maka TNI-AL juga menurunkan tim khusus untuk memburu dia sampai tertangkap,'' tegas Kepala Staf TNI-AL (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto kepada wartawan di Surabaya, kemarin.
Di lain pihak Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama TNI Abdul M Yusuf menyatakan, Rusli melarikan diri dengan cara memotong jeruji sel tahanan pakai gergaji besi. ''Dia meloloskan diri dengan cara memanjat dinding sel memakai sambungan sarung-sarung di mushala rumah tahanan itu, lalu menuruni dinding sel dengan tali dari sarung tersebut,'' katanya.
Dengan kemampuan khusus yang dimiliki sebagai anggota pasukan khusus, Suud Rusli mampu meloloskan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong. Padahal, selama berada di rumah tahanan tersebut, kedua kaki Suud dirantai.
Suud berhasil melepaskan ikatan rantai dari kedua kakinya lantas menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, Suud melompat pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri.
Pelarian Suud Rusli pada Lebaran tahun ini merupakan kali kedua. Sebelumnya dia juga berhasil lolos dari rumah tahanan, namun sebulan kemudian tertangkap di Malang. Saat ditangkap di Malang, Suud sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya, karena berusaha meloloskan diri.

Johny Indo



Dia dikenal dengan nama Johny Indo. Di era 1970-an Johny Indo dan kelompoknya sangat disegani sebagai perampok yang malang melintang di Jakarta dan sekitarnya. Sejumlah toko emas yang pernah dijarahnya antara lain toko emas di daerah Cikini dan Senen Jakarta Pusat.
”Waktu itu hasil rampokan kalau ditotal sekitar 120 kilogram” ujar Johny Indo ketika tampil di Kick Andy. Johny mengaku, melakukan kejahatan dengan merampok karena terinspirasi oleh si Pitung, tokoh Betawi yang gigih melawan penjajah Belanda.
“Hasil jarahan itu tidak dinikmati sendiri dan kelompok, melainkan sebagian dibagikan kepada warga miskin. Walau saya menggarong tapi saya masih ingat warga miskin dan kelaparan. Kata Johny Indo yang menganggap apa yang dilakukannya mengikuti jekak idolanya, Si Pitung yang sering menolong masyarakat kelas bawah.
Berkali-kali aksi Johny Indo dan kelompoknya yang ia beri nama “pachinko” alias pasukan china kota, lolos dari sergapan aparat kepolisian. Namun sepandai-pandai tupai melompat sekali gagal juga. Pepatah itu nampaknya berlaku juga buat Johny Indo dan kelompoknya. Karena kekuranghati-hatian salah seorang anggota kelompoknya yang menjual emas, hasil barang jarahan sembarangan, satu demi satu anak buah Johny Indo ditangkap petugas.
Johny Indo yang waktu itu mengoleksi berbagai jenis senjata api dan berkarung-karung peluru sudah mempunyai firasat akan tertangkap. Ia pun berpindah-pindah tempat mulai dari Pandeglang hingga Cirebon.
“Saya pusing dan bingung waktu itu, hampir semua koran memberitakan kalau polisi terus memburu saya dari segala penjuru. Akhirnya saya lari ke daerah Sukabumi, Jawa Barat. Saya masuk ke sebuah Goa yang gelap dan angker, dengan harapan bisa menghilang. Eh, saya malah ditangkap Koramil setempat” ujar Johny tertawa getir mengenang peristiwa itu.
Johny Indo akhirnya diganjar 14 tahun penjara dan dijebloskan ke penjara yang keamannya ekstra ketat Nusakambangan.
Ternyata mendekam di Nusakambangan tidak membuat semuanya berakhir. Bersama 14 tahanan lainya, Johny Indo membuat geger karena kabur dari sel.Hampir semua aparat keamanan waktu itu dikerahkan untuk menangkap Johny Indo dan kelompoknya. Namun setelah bertahan hingga sembilan hari, Johny Indo pun menyerah.
“Saya menyerah karena sudah berhari-hari tidak makan.Selain itu 11 tahanan yang melarikan diri bersamanya tewas diberondong peluru petugas”ujarnya. Perjalanan Johny Indo memang penuh warna. Setelah selesai menjalani hukuman, ia terjun ke dunia film menjadi bintang film. Bermodalkan tampang yang ganteng ia terjun ke dunia film. Puluhan film telah ia bintangi antara lain, Si Pitung, Nyi Blorong, dan Pelarian dari Nusakambangan.

Eddy Tansil



Eddy Tansil (lahir tahun 1954) adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang keberadaanya kini tidak diketahui. Ia melarikan diri dari penjara Cipinang, Jakarta, pada tanggal 4 Mei 1996 saat tengah menjalani hukuman 20 tahun penjara karena terbukti menggelapkan uang sebesar 565 juta dolar Amerika (sekitar 1,5 triliun rupiah dengan kurs saat itu) yang didapatnya melalui kredit Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key Group.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukum Eddy Tansil 20 tahun penjara, denda Rp 30 juta, membayar uang pengganti Rp 500 miliar,dan membayar kerugian negara Rp 1,3 triliun. Sekitar 20-an petugas penjara Cipinang diperiksa atas dasar kecurigaan bahwa mereka membantu Eddy Tansil untuk melarikan diri.

Noordin M Top



Noordin Mohammad Top (lahir di Kluang, Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968*–*meninggal di Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, 17 September 2009 pada umur 41 tahun) adalah orang yang dianggap bertanggung jawab atas serentetan serangan teror di Indonesia.
Noordin, yang berlatar pendidikan akuntansi dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dan pernah mengajar di sekolah, bersama dengan Dr. Azahari menjadi murid dari Abu Bakar Baasyir, tokoh organisasi Majelis Mujahidin Indonesia dan pendiri Pondok Pesantren Al Mu'min, Ngruki, Surakarta, sewaktu Baasyir berada dalam pelarian di Malaysia. Ia pernah tergabung dalam gerakan bawah tanah Jemaah Islamiyah (JI), suatu organisasi yang digolongkan teroris oleh PBB yang bercita-cita mendirikan negara berdasarkan Islam (daulat Islamiyah) di Asia Tenggara. Organisasi ini pada gilirannya menginduk pada Al-Qaeda. Pada tahun 2003 Noordin memisahkan diri dari induk organisasi dan menyatakan diri sebagai Qa'id (pemimpin) Tandzim (cabang) Al-Qaeda untuk Asia Tenggara. Ia dikenal oleh kalangan intelijen sebagai orang yang memiliki kemampuan perekrutan dan indoktrinasi yang baik, selain cerdas dan licin.
Ia bersama Azahari hijrah ke Indonesia setelah pemerintah Malaysia melakukan serangkaian operasi pembersihan teroris di negaranya, menyusul peledakan World Trade Center, New York, oleh Al Qaeda pada tanggal 11 September 2001. Di bawah perlindungan orang-orang JI ia merancang aksi pembalasan dengan agenda pertama adalah pengeboman dua klub malam di Kuta, Badung, Bali, setelah didahului oleh beberapa pengeboman berskala kecil.
Semenjak peristiwa Pengeboman Bali 2002, Noordin, Azahari, dan anggota JI lainnya menjadi sasaran pencarian utama Polri. Di mata FBI ia menempati urutan ketiga sebagai orang yang paling dicari pada tahun 2006. Dalam penyergapan oleh satuan khusus anti-terorisme Densus 88 di Batu, Malang, tanggal 9 November 2005 yang menewaskan Azahari, Noordin dapat melarikan diri. Dalam suatu penggerebekan di Weleri, Kendal (2007), kembali Noordin dikhabarkan lolos. Seusai Pengeboman Mega Kuningan, Jakarta, 2009, polisi kembali mengintensifkan pengejaran. Ia sempat diduga sebagai salah satu korban tewas dalam penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah, oleh Densus 88 pada 8 Agustus 2009, namun empat hari kemudian Polri menyatakan bahwa yang tewas adalah Ibrohim. Baru pada tanggal 17 September 2009 Noordin akhirnya tewas dalam penyergapan di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta, bersama-sama dengan tiga orang lain, termasuk Bagus Budi Pranoto (perakit bom peledakan Kedubes Australia di Jakarta, 2004) dan Ario Sudarso, keduanya ahli perakitan bom didikan Azahari.
Selama dalam pelarian itu, Noordin beberapa kali melakukan pernikahan dengan perempuan di tempat ia tinggal, diperkirakan sebagai sarana untuk mengelabui petugas.

Gunawan Santoso



Setelah buron setahun lebih, Gunawan Santoso alias Acin (44), terpidana mati kasus pembunuhan berencana bos PT Asaba Boedyharto Angsono, tertangkap di Plaza Senayan, Jakarta, Jumat, sekitar pukul 15.30 WIB. Dia diringkus saat tengah berjalan-jalan di mal tersebut.
Penangkapan dilakukan tim reserse Polda Metro Jaya dibantu satpam setempat. Gunawan yang tengah di sebuah show room di mal itu tiba-tiba dibekap hingga terjatuh di lantai. Gunawan sempat memberontak dan tidak mengakui jati dirinya. Ini membuat petugas marah dan menampar pria bertubuh tinggi itu.
Drama penangkapan Gunawan ini mengejutkan pengunjung Plaza Senayan. Pasalnya, penangkapan diwarnai teriakan-teriakan petugas. Petugas membentak Gunawan agar mengaku. Petugas juga memerintahkan pengunjung plaza agar menjauh
Gunawan dinilai cukup licin dan berbahaya. Untuk menghilangkan jejak, selama buron dia melakukan operasi ringan di wajah. Tapi tetap saja dia gagal menghilangkan tahi lalat di dekat bokongnya, sehingga penyamaran pun terbongkar.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar