Serpihan Teka-teki Termahal Mahal di Dunia

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

Pria China berusaha mati-matian untuk menyatukan serpihan teka-teki paling mahal di dunia. Teka-teki tersebut bukanlah teka-teki biasa melainkan kumpulan nota bank yang berharga tinggi.

Nota bank tersebut diberikan kepada Ban Jing dari ayahnya sebelum sang ayah menemui ajal. Uang dari nota bank itu diperkirakan senilai 20 ribu poundsterling atau sekira Rp277 juta (Rp13,861 per poundsterling).


Ternyata nota bank yang amat berharga selama ini disimpang di halaman rumah mereka di Jieking, China selama bertahun-tahun.
“Saya langsung lari keluar rumah dan langsung menggali tumpukan tanah, namun saya temukan berupa kertas yang sudah rusak akibat digunakan sebagai sarang oleh tikus,” ungkap Ban seperti dikutip Orange, Kamis (26/8/2010).

Beruntung Ban mampu meyakinkan pihak bank untuk menerima surat nota tersebut. Kini pria berusia 52 tahun mencoba menggabungkan kembali nota bank tersebut dengan harapan dapat menukarnya dengan uang yang disimpan ayahnya di bank.

Uang Kembalian Bisa Buat Beli Mobil Baru

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

Seorang pria di China membeli sebuah van seharga 100 ribu yuan atau sekira Rp132 juta dari uang kembalian yang dia kumpulkan.
Zhao, seorang wirausahawan, membawa beberapa ikat uang, yang setiap ikatnya tidak lebih dari satu yuan. Uang itu dibawanya ke sebuah dealer mobil di Jining Utara, Provinsi Shandong.





“Petugas tambahan harus dikerahkan untuk menghitung uang tersebut secara bergantian,” ujar salah seorang kasir seperti dilansir Telegraph, Jumat (27/8/2010).


Zhao menerima uang kecil itu dari pelanggan di tempat percetakannya.
“Mencari dealer yang mau menerima uang recehan ini sangat susah, banyak uang yang rusak dan kotor,” ujar Zhang.
“Saya menyimpan uang itu, menunggu dan mencari apakah mereka mau menerimanya, sehingga saya bisa membeli mobil. Untungnya, Manajer dealer ini memutuskan untuk menerima uang saya, jadi ini sangat membantu sekali buat saya,” lanjutnya.


Setelah beberapa jam menghitung, para karyawan di dealer tersebut menyatakan bahwa hitungannya sudah tepat.
“Departemen keuangan kami sebenarnya hanya memiliki tiga orang untuk menghitung uang, tapi tampaknya itu tidak cukup,” ujar seorang kasir dealer Chen Ying.


“Jadi kami mencari tambahan dari bagian penjualan, mereka datang lebih pagi dan bekerja sepanjang hari, dan kami melakukan pergantian kerja. Akhirnya kami selesai menghitung semua uang tersebut,” pungkasnya.

Orlando - Short Stop Over - Not For Disney!

Die Kilometer stapeln sich geradezu; 12 000 Kilometer haben wir seit Las Vegas hinter uns gelassen. Die nächsten Stops sind New Orleans (Louisiana) und Nashville (Tennessee). Nashville trägt auch den Beinamen Music City und gilt als "Home of the Country".

Malaysia Merayu Dosen Dan Peneliti Terbaik Indonesia

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

Dengan berbagai cara yang dilakukannya, Malaysia terus mengincar para dosen dan peneliti Indonesia yang menguasai ilmu-ilmu dasar dan rekayasa untuk mau bekerja di Malaysia. Selain menawari dosen-dosen di program studi di perguruan tinggi Indonesia untuk mengajar dan meneliti di Malaysia, model tawaran lain yang kerap digunakan Malaysia untuk mendapatkan dosen-dosen Indonesia adalah dengan dengan menawarkan kerja sama riset.Keharusan menginduk pada dosen Malaysia membuat peneliti Indonesia hanya menjadi orang nomor dua atau peneliti pendamping.
-- Leonardo Gunawan

dosen

Kepala Pusat Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Syahril mengatakan, Malaysia sangat aktif dalam menawarkan kerja sama riset dalam multidisiplin ilmu. Para peneliti Batan juga banyak yang menjadi pembimbing mahasiswa atau dosen Malaysia yang ingin memperdalam seputar nuklir.

Lintas Berita Online

”Malaysia memang menyiapkan basis kapasitas iptek dosen dan mahasiswanya cukup tinggi. Indonesia memang lebih dulu membangun infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia iptek, tetapi kini terbatas dananya,” katanya.


Karena itulah, dosen-dosen ilmu-ilmu dasar dan rekayasa banyak diminati, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Teknik Nuklir, Aeronautika dan Astronautika, Teknik Mesin, dan Teknik Material. Dengan ilmu-ilmu itu, Syahril yakin Malaysia memiliki rencana yang jelas untuk mengembangkan industri strategis mereka.
Malaysia saat ini sudah berencana mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada tahun 2021. Mereka banyak belajar dari ahli-ahli nuklir Indonesia walaupun tidak pernah menyebutkan secara pasti bahwa tujuan mereka belajar ke Batan untuk mendirikan PLTN.

Menurut Leonardo yang menolak tawaran bekerja ke Malaysia, gaji dan fasilitas yang diberikan Malaysia memang lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia. Namun, dalam apresiasi keilmuan, para peneliti dan dosen Indonesia harus menginduk pada dosen Malaysia. Kondisi tersebut membuat peneliti Indonesia hanya bisa menjadi ”orang nomor dua” atau peneliti pendamping.


”Kalau di Indonesia, peneliti bisa bebas walau harus berebut dana penelitian yang peluangnya terbatas. Menjadi dosen dan peneliti di Indonesia dituntut memiliki kemampuan survival tinggi,” katanya.
Kini, peluang untuk bekerja dan meneliti di Indonesia juga sudah terbuka. Lulusan Aeronautika tidak semata-mata bekerja di PT Dirgantara Indonesia, tetapi banyak juga yang bekerja di sejumlah maskapai penerbangan.

Walaupun dengan gaji dan fasilitas memadai, Hakim yang pernah bekerja meneliti di Jepang menilai bahwa apa yang diberikan Malaysia tidak terlalu istimewa. Negara-negara lain, seperti Jepang, juga memberikan gaji dan fasilitas yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan Malaysia


sumber : forumkami.com

Bocah Aneh Tubuhnya Dapat Dimodifikasi

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

Inilah bocah yang aneh yang memodifikasi tubuhnya..sungguh sangat ajaib dan di luar logika



 

Lintas Berita Online













Roken is Dodelijk, Festival Rock en Seine, 27.08.10


Konzert: Roken is Dodelijk

Ort: Festival Rock en Seine, Scène de l'Industrie

Datum: 27.08.10



Unbedingt ein paar Sätze sind noch zu den frischen Franzosen Roken is Dodelijk (holländisch für "Rauchen ist tödlich") zu sagen. Die vielköpfige Band spielte am ersten Tag des Rock en Seine Festivals vor den Toren von Paris und bereitete mir mit ihrem stimmungsvollen Power Pop einen glänzenden Einstieg in die Veranstaltung, die an weiteren Entdeckungen leider recht dürftig blieb. Roken is Dodelijk stammen aus dem nordfranzösischen Lille und haben sich bereits ein paar mal in der Kapitale blicken lassen. Bisher hatte ich es aber nie geschafft, sie mir einmal live anzusehen. Dieses Versäumnis habe ich nun nachgeholt und ich bin froh drum! Ihre melodiösen und charmant unschuldig klingenden Lieder boten sie mit viel Pfeffer dar und sorgten an einem eher sonnenarmen Tag für strahlende Gesichter im Publikum . Eine in der Presse sehr positiv beschriebene E.P. R.I.P. ist bereits erschienen und nach dem tollen Eindruck, die die Nordfranzosen hinterlassen haben, ist klar, daß ich dieses Machwerk auch unbedingt haben muss. Ansonsten ist noch erwähnenswert, daß die Keyboarderin der Band auch ihr eigenes Soloprojekt am Start hat. Lena Deluxe heißt die blondgelockte junge Dame und auch ihr Werk lohnt zumindest eine Stippvisite. Wer kann schon wie sie mit einem tollen Libertines Cover von You Can't Stand Me Now aufwarten?


Roken is Dodelijk, Festival Rock en Seine, 27.08.10


Konzert: Roken is Dodelijk

Ort: Festival Rock en Seine, Scène de l'Industrie

Datum: 27.08.10



Unbedingt ein paar Sätze sind noch zu den frischen Franzosen Roken is Dodelijk (holländisch für "Rauchen ist tödlich") zu sagen. Die vielköpfige Band spielte am ersten Tag des Rock en Seine Festivals vor den Toren von Paris und bereitete mir mit ihrem stimmungsvollen Power Pop einen glänzenden Einstieg in die Veranstaltung, die an weiteren Entdeckungen leider recht dürftig blieb. Roken is Dodelijk stammen aus dem nordfranzösischen Lille und haben sich bereits ein paar mal in der Kapitale blicken lassen. Bisher hatte ich es aber nie geschafft, sie mir einmal live anzusehen. Dieses Versäumnis habe ich nun nachgeholt und ich bin froh drum! Ihre melodiösen und charmant unschuldig klingenden Lieder boten sie mit viel Pfeffer dar und sorgten an einem eher sonnenarmen Tag für strahlende Gesichter im Publikum . Eine in der Presse sehr positiv beschriebene E.P. R.I.P. ist bereits erschienen und nach dem tollen Eindruck, die die Nordfranzosen hinterlassen haben, ist klar, daß ich dieses Machwerk auch unbedingt haben muss. Ansonsten ist noch erwähnenswert, daß die Keyboarderin der Band auch ihr eigenes Soloprojekt am Start hat. Lena Deluxe heißt die blondgelockte junge Dame und auch ihr Werk lohnt zumindest eine Stippvisite. Wer kann schon wie sie mit einem tollen Libertines Cover von You Can't Stand Me Now aufwarten?


DER GAST-BLOG: Daniel bei Radio Teddy... und ein ungewöhnliches Geschenk

Heute von: Michelle
 
...Oh Gott, wie aufgeregt ich war?! Die Nacht vorm Radio-Teddy-Fest, auf dem auch Daniel sein würde, konnt ich natürlich NICHT schlafen. .. obwohL ich ihn schon das 6. Mal sehen würde. 

 
Mein Vater hatte ein Geschenk für ihn "gebastelt ": Ein Holz-Bild, in dem Daniel's Gesicht eingebrannt wurde. Ich hatte meinem Vater außerdem noch versprochen, es zu filmen,  wenn ich es Daniel übergebe :). 



Naja... Schließlich kam ich ca. um 11.45 Uhr mit meiner Freundin Adriana im Filmpark Babelsberg an. Wir warteten auf Daniel, der dann um 13.3o Uhr auftrat.



Wieder mal Gänsehaut pur !!! *_*

Danach folgte die Autogrammstunde & ich wurde immer aufgeregter :-O. Schließlich übergab ich Daniel das Geschenk :D


 
Er freute sich riesig darüber und meinte noch, dass es gut in sein Zimmer passen würde :D
Ich machte noch ein Foto mit ihm und wir verabschiedeten uns mit der Ansage, dass wir uns Freitag bei Viva Live und der Autogrammstunde wieder sehen würden :) Er meinte, er freue sich schon und findet es cool, dass wir kommen x'D :D .



Er nahm sich wie immer alle Zeit der Welt für seine Fans und lächelte immer und war freundlich. :) 

Warum "Nothing to lose" es hoch in die Album-Charts schaffen kann...

Ab Freitag steht "Feel" in den Läden und auch endlich zum Download bereit. Doch was in Sachen Downloads für "Feel" gilt, gilt noch lange nicht für "Nothing to lose": Denn Download-Verkäufe machen laut media-control-Pressemitteilung zwar 85 Prozent der offiziellen deutschen Single-Charts aus. Bei den Album-Charts zeichnet sich ein anderes Bild ab: Hier überwiegt mit einem Anteil von 79 Prozent immer noch die physische CD.

 

Aus der Systembeschreibung zur ERMITTLUNG DER OFFIZIELLEN CHARTS IM AUFTRAG DES BUNDESVERBANDES MUSIKINDUSTRIE E.V.: "Damit die Daten der von den Händlern übermittelten elektronisch erfassten Verkaufsdaten ein repräsentatives Bild des Hitgeschäfts der Bundesrepublik Deutschland ergeben, werden die Händlermeldungen gewichtet. Da sich die Erhebung der Verkaufswerte einer Vollerhebung nähert, ist die Anwendung eines speziellen, mehrstufigen Stichprobenverfahrens nicht mehr notwendig. Allerdings müssen überproportionale Meldungen einzelner Melde-Teilnehmer verhindert werden. 

Zu diesem Zweck wird die Handelsstruktur aufgeteilt in zurzeit 12 (Singles)
bzw. 7 (Alben) Händlergruppierungen (6 physische Gruppierungen, für die Single-Charts 6
digitale, und für die Alben-Charts 1 digitale Gruppierung), die sich aus Großkunden und
Zusammenfassungen von strukturell gleichartigen physischen Händlern, sowie
Downloadhändlern zusammensetzen.


Jeder dieser Händlergruppierungen ist ein Gewichtungsfaktor zugeordnet, der sich an dem
jeweiligen Marktpotential orientiert. Dieser Gewichtungsfaktor, der in regelmäßigen
Abständen überprüft und ggf. angepasst wird, wird auf die gemeldeten Verkaufswerte der
betreffenden Händlergruppierung titelweise angewendet. Ein rekursives Rechenverfahren führt zu einer repräsentativen Zusammensetzung der Stichprobe."


Grob übersetzt bedeutet das: Für die Album-Charts sind die CD-Verkäufe der mit Abstand wichtigere Part im Vergleich zu den Download-Verkäufen. Allerdings zählen bei den Verkäufen von "physischen" CD's - sowohl bei Singles als auch bei Alben - ausschließlich Stichproben, die nach einem nicht öffentlichen System genommen werden (mit ständig neuer Gewichtung). Das bedeutet für uns: Da nicht jede einzelne verkaufte Album-CD für die Charts zählt, ist es wichtig, in möglichst vielen verschiedenen Geschäften einzelne CD's zu kaufen.

Da weniger Alben-Verkäufe nötig sind, um hoch in die Albmcharts einzusteigen, als für die Single-Charts nötig sind (eine Zahl lässt sich schwer ermitteln, aber es ist logisch, einfach, weil insgesamt viel weniger Alben als Singles verkauft werden), hat "Nothing to lose" ne echt gute Chance... und die HC-Fans können viel dazu beitragen.

Informasi Jalur Arus Mudik Lebaran 2010

Informasi Jalur arus mudik dan Balik lebaran 2010  - Lebaran tinggal beberapa hari lagi, semua umat muslim siap-siap untuk mudik pulang kampung. Arus lebaran 2010 kali ini diperkirakan akan lebih ramai dari pada tahun sebelumnya. Menurut Informasi yang dihimpun oleh Pemuda Indonesia Baru, Arus mudik kali ini mengalami peningkatan diprediksi 17 juta orang.

Menurut data-data mudik lebaran pada tahun-tahun sebelumnya, bahwa arus mudik itu akan mulai banyak pada hari min 7 sebelum hari idul fitri, demikian juga arus baliknya. Sehingga tidak mengherankan bila pada hari-hari tersebut jalur lalu-lintas laut, darat maupun udara begitu padat mengangkut para pemudik ke kampung halamanya untuk merayakan Idul fitri.

Jalur yang paling mendapat perhatian adalah jalur mudik darat seperti Kereta Api dan Bus dan Kenderaan Pribadi, Kemacetan adalah sesuatu yang paling dihindarkan pemudik, begitu juga kehabisan tiket kereta api dan bus.

Nah untuk itu, pemuda indonesia baru melalui blog ini mencoba membantu, memberikan informasi Update dan berita terbaru terkait arus mudik, perta jalur mudik dan harga tiket angkutan. Agar kiranya para pemudik dapat pulang kampung merayakan hari kemenangan tanpa ada rasa jengkel karena hal-hal yang kecil.

Kamar Bawah Laut Menakjubkan

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

WOW!! Kamar Suite Aquarium!! Menikmati Bulan Madu di Dasar Laut Disaksikan Ribuan Ikan. Cara untuk menghabiskan bulan madu didalam air : kamar suite utama pengantin baru mengambil sisi romantis pada frase ‘tidur dengan ikan’.

Ketika datang bulan madu, pengantin baru sebagian besar menyisihkan bungkusan kecil yang menyenangkan untuk liburan akhir mereka.

Lintas Berita Online

Tapi suite yang ini benar benar unik di Maladewa – sementara ini menawarkan pemandangan yang tak terkalahkan dari kehidupan bawah laut lokal – cenderung menghabiskan seluruh anggaran pernikahan rata-rata, apalagi biaya akomodasi bulan madu. hotel Conrad yang menawarkan suite hati di resor Rangali Kepulauan Maladewa, yang harus dilihat dengan mata kepala sendiri untuk bisa percaya.



Biasanya dahulu restoran ‘di hotel Ithaa’, yang kubah ‘reverse akuarium’ diubah menjadi sebuah kamar tidur terendam khusus untuk menghormati ulang tahun hotel yang kelima. Suatu malam di bawah permukaan Samudra Hindia harus sebagai peringkat nomor satu untuk mengingat malam, dan pengalaman romantis datang dengan sarapan sampanye gratis keesokan harinya.


Namun harga notabene, hotel ini menjaga ‘pada aplikasi kebijakan – pengalaman pernikahan Ithaa tidak terdaftar di situs web hotel Conrad, dan tamu potensial disarankan untuk meminta ruang pribadi setidaknya 14 hari sebelumnya.
King Deluxe Water Villa – sampai sekarang akomodasi top-of-the-range di resor Rangali Kepulauan Maladewa – adalah £ 1.156 untuk semalam … dan di atas air. Ini aman untuk mengatakan bahwa pengalaman ini bukan memikirkan bagi yang berpikir tentang anggaran.



sumber : forumkami.com

Hannah Höch - Brushflurlets and Beer Bellies

 Hannah Höch with her Dada Dolls, 1920

Hannah Höch (1889-1978) was born in Gotha. Her father was the director of an insurance company, her mother a hobby painter. Hannah studied at the Kunstgewerbeschule (Arts and Crafts School) in Berlin between 1912 and 1915. She finished her studies under Emil Orlik, concentrating on collage techniques. After her schooling, she worked in the handicrafts department for the Ullstein publishing house, designing dress and embroidery patterns for Die Dame (The Lady) and Die Praktische Berlinerin (The Practical Berlin Woman).


Hannah Höch, The Puppet Balsamine, 1927

She met Dadaist Raoul Hausmann in 1915 and they became close friends. Höch was the only woman participating in the First International Dada Fair which took place at at Dr. Otto Burchard’s Berlin art gallery in July 1920. Among her fellow dadaists were Johannes Baader, George Grosz and John Heartfield. Höch's personal relationship with Hausmann grew from friendship to a  temptous romance over time, but they separated in 1922, partly because Höch didn't like Hausmann's insistence on an "official" ménage à trois together with his wife (Hausmann's dream came true in the late 1920s, when he moved with his wife Hedwig and his model Vera Broido to the fashionable district of Charlottenburg). 


 Raoul Hausmann, Double Portrait Hannah Höch and Raoul Hausmann, c. 1920 

Hannah Höch - by now living with a woman, Dutch writer Til Brugmann, left a sketch of Hausmann around 1931:  "After I had offered to renew friendly relations we met frequently (with Til as well). At the time he was living with Heda Mankowicz-Hausmann and Vera Broido in Kaiser-Friedrich-Straße in Charlottenburg. Til and I went there often. But I always found it very boring. He was just acting the photographer, and the lover of Vera B, showing off terribly with what he could afford to buy now - the ésprit was all gone."


Hannah Höch und Til Brugmann, Berlin 1931

While the Dadaists paid lip service to women's emancipation they were clearly reluctant to include a woman among their ranks. The filmmaker Hans Richter described Höch's contribution to the Dada movement as the "sandwiches, beer and coffee she managed somehow to conjure up despite the shortage of money." Raoul Hausmann even suggested that Höch get a job to support him financially. Later, Höch ironized the hypocrisy of the Berlin Dada group in her photomontage The Strong Guys


 Hannah Höch, Die starken Männer (The Strong Guys), 1931

Höch observed in an undated note: "None of these men were satisfied with just an ordinary woman. In protest against the older generation they all desired this "New Woman" and her groundbreaking will to freedom. But - they more or less brutally rejected the notion that they, too, had to adopt new attitudes. This led to these truly Strindbergian dramas that typified the private lives of these men".

Hannah Höch, The Staircase, 1926

Höch was one of the forerunners in criticising society in the form of photomontages, a technique she developed in 1919. Her most famous piece became Schnitt mit dem Küchenmesser DADA durch die letzte Weimarer Bierbauchkulturepoche (Cut with the Dada Kitchen Knife through the Last Weimar Beer-Belly Cultural Epoch), a critique of Germany in 1919. Perhaps it was the training at Ullstein that facilitated Höch’s finely-tuned eye for both snipping and re-assembling, which is so amply on display in Cut with the Kitchen Knife:


Hannah Höch, Cut with the Dada Kitchen Knife through the Last Weimar Beer-Belly Cultural Epoch, 1919

Another brilliant and utterly ironic collage from 1919 (below) shows Friedrich Ebert (middle), first President of the Weimar Republic and his "bloodhound", defence minister Gustav Noske (right above), who was responsible for the assasination of Rosa Luxemburg and Karl Liebknecht earlier that year. Both men are depicted in bathing suits with a fig leave - a symbol of innocence - before their bellies. The collage also refers to the so-called "bathing suit affair": After the liberal Berliner Illustrierte had printed a photo of Ebert and Noske in bathing suits, the right-wing press (which, a couple of months earlier had celebrated the assasinations of Luxemburg and Liebknecht) started a campaign against the "obscene behaviour" of the two statesmen.


 Hannah Höch, Dada Panorama, 1919

An exciting work during the mid 1920s was the ambitious From the Ethnographic Museum series, 17 works that constitute an epic foray into the notion of alien cultures and female identity (see Imaginary Bride below). It was visually influenced by the newly-redone tribal art displays in Berlin's Ethnological Museum. 


Hannah Höch, Imaginary Bride, 1926

Around 1920, the woman was for many artists the "eteral woman" or "world mother" - either a subject of their male salvation fantasies, or an object of morbid desires. Oskar Kokoschka spooned with dolls and imagined his Murderer, The Hope of Woman, Dix painted his Moon Woman, and Otto Freundlich anchored "The Mother" in the world of ideas of his cosmic communism. Marcel Duchamp built Bachelor Machines, Kurt Schwitters designed his Merzbau as a "cathedral of erotic misery", and Rudolf Schlichter's yearning for boots remained unsatisfied because he got the whole woman instead. And Höch painted Associations. In the center of the picture she placed two intertwined plant-like structures, engaged in a process of fertilization, whose blossoms are made of machine parts:


Hannah Höch, Vereinigungen (Associations), 1929

Höch’s focus on the nature of female identity (and its depiction in the media) reached a crescendo in the early 1930s in works like Tamer (below). Most probably Tamer relates to her new life with Til Brugman (they were together from 1926 to 1936). It represents the general move toward increasing gender ambiguity in Höch’s imagery, as can also be seen in her self-portrait Russian Dancer.


 Hannah Höch, Tamer, 1930

Höch made many influential friendships over the years, with Hans Arp and Kurt Schwitters among others. She met Theo van Doesburg and Piet Mondrian in 1924 in Paris, and a trip to Holland in 1926 was extended to a stay of three years. Here, in 1926, she met and grew to love Til Brugmann. The relationship, scandalous as it was for the time, sharpened her eye to the allocation of male and female roles. Höch and Brugmann returned to Germany in 1929, and  she participated in two important exhibits: The prestigious Film and Photo exhibition, the first big photography show in Europe, included 18 of her photomontages.  Some 10.000 people saw the exhibition on its first tour stop alone, Stuttgart. In that year, the De Bron Gallery in The Hague mounted her first one-woman show, which included her oil paintings, numerous drawings, and watercolors, though not her photomontages.


Hannah Höch, The Journalists, 1925

Höch’s public career as an artist was launched. Other exhibitions followed - in 1931 at Berlin’s Kunstgewerbemuseum; and in 1932 at the Philadelphia Museum of Art and at the Palais des Beaux Arts in Brussels. The Bauhaus mounted a show of 15 of her photomontages later that year. This public recognition came to an end in 1933, when Adolf Hitler seized political power. Like all avantgarde artists, Höch and her circle were deemed "Cultural Bolshiviks" and "Degenerates" by the National Socialist régime.  Höch refused to support the Nazis, and continued to secretly produce critical works like the The Mockers (you can see that she was a brilliant painter too):


 Hannah Höch, The Mockers, 1935

As the 1930s wore on, Höch’s world became increasingly dangerous. She expressed her feelings of loneliness and isolation in her painting The Fear (below). Höch married the much-younger businessman and pianist Kurt Matthies in 1938 and divorced him in 1944. In September, 1939, a few days after the begin of the Second World War, she moved to the relative obscurity of Heiligensee, a remote suburb of Berlin. She felt lucky to have found a place where "nobody would know me by sight or be aware of my lurid past as a Dadaist"


 Hannah Höch, Angst (Fear), 1936

After the end of the war, Höch was one of the first to actively revive artistic life in Berlin and to contribute to the gradual recovery of German art after the war. In 1945, she put together her Bilderbuch (Picture Book), a photomontaged zoological garden populated with Brushflurlets (below) as well as other strange  creatures, and accompanied by a series of sly, silly poems like Unsatisfeedle:
Flailing his arms about, quite a sight,
He had wanted the black dress
But God gave him the white.
So with his sourpuss
he lives out his life.

He nurtures the eccentricity
it’s the wrong one — explicitly.
Hannah Höch, Brushflurlet, 1945

Bilderbuch wouldn’t be published in its entirety until 1985, six years after Höch’s death, and then only in a limited edition of 200. Now, Berlin publishing house The Green Box has rescued this unique volume from out-of-print obscurity with a lovely facsimile edition that reproduces the poems in English translation. During the 1950s and 1960s, Höch produced abstract works but also a large number of highly acclaimed colour collages, which transformed reality in an ironic and fantastic manner:


 Hannah Höch, Grotesque,1963

Höch exhibited works at the large Dada exhibitions such as at the Museum of Modern Art in New York in 1948 and at the Kunsthalle Düsseldorf in 1958. Other exhibitions in London and Paris followed. An important retrospective exhibition of Höch's work was organised in 1973 in Paris and then toured to her hometown Berlin. Höch died in 1978 at the age of 88 years in her house in Berlin-Heiligensee.

Rahasia Sukses Orang Jepang Yang Ditiru Masyarakat Indonesia

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia

1. Kerja Keras

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. Malu

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas

Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

Lintas Berita Online

5. Inovasi

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah

Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. Budaya Baca

Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Kesalahan-Kesalahan Aneh Dalam Dunia Kedokteran

Lintas Berita Online-Berbagi Berita Aneh Unik dan Menarik Dari Berbagai Penjuru Dunia


Klinik Inseminasi yang Salah Menggunakan Sperma

Saat Nancy Andrews, warga Commack, New York, hamil setelah mengikuti program vitro fertilization, pasangan suami istri ini sama sekali tidak menduga bahwa anak yang dilahirkannya memiliki kulit dengan warna gelap yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan ciri fisik mereka. Dari test DNA yang kemudian dilakukan diperkirakan telah terjadi kesalahan dimana para dokter di New York Medical Services for Reproductive Medicine secara tidak sengaja menggunakan sperma dari laki-laki lain yang bukan milik suaminya dan kemudian diensiminasi ke sel telur Nancy. Pasangan ini tetap membesarkan sang bayi Jessica yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2004 seperti layaknya darah dagingnya sendiri meski secara genetis telah terjadi kesalahan. Meskipun demikian pasangan ini tetap memperkarakan pemilik klinik tersebut atas kejadian yang tergolong malpraktik ini ke pengadilan. Nggak kebayang, ikut program bayi tabung, terus ternyata (misalnya) anak yang lahir kulitnya item, rambutnya keriting, padahal babe sama emaknya gak ada yang kulitnya item, apalagi keriting. Gimana tuh perasaanya? Hehe...

Cangkok Jantung dan Paru-paru yang Salah

Jésica Santillán, 17 tahun, meninggal 2 minggu setelah menjalani cangkok jantung dan paru-paru yang berasal dari pasien yang golongan darahnya tidak sama dengannya. Tim dokter di Duke University Medical Center gagal dalam memeriksa kecocokan darah sebelum operasi dilakukan. Setelah sekian detik operasi transplantasi untuk mencoba membalikkan keadaan karena kesalahan fatal itu, Jésica mengalami gagal otak dan komplikasi yang membawanya ke kematian.
Jésica, imigran asal Mexico, tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum menjalani pengobatan penyakit jantung untuk mempertahankan hidupnya. Dengan transplantasi jantung dan paru-paru di Duke University Hospital, Durham, N.C., alih-alih memperbaiki kondisinya, yang terjadi justru keadaan menjadi bertambah buruk. Jésica, yang bergolongan darah O, malah menerima organ dari donor yang bergolongan darah A.
Kesalahan fatal ini membuatnya dalam kondisi koma, dan meninggal ketika usaha para dokter untuk berusaha menggantikannya dengan organ yang kompatibel gagal. Rumah sakit mengklaim telah terjadi human-error yang mengakibatkan kematian Jesica, selain prosedur yang cacat untuk memastikan kompatibilitas transplantasi organ. Setelah itu diberitakan telah terjadi kesepakatan tertutup antara rumah sakit dan keluarga soal ini. Tidak seorangpun, baik dari pihak keluarga atau rumah sakit yang mau memberikan komentar atas kasus ini.


Testikel yang Berharga US $200.000 Dollar (2,2 Miliar Rupiah)

Satu lagi kesalahan fatal di meja operasi, ketika para ahli bedah keliru membuang testikel sebelah kanan yang masih sehat dari seorang veteran Angkatan Udara AS Benjamin Houghton (47 tahun). Pasien ini mengeluh sakit dan pengecilan testikel sebelah kirinya. Lalu para dokter memutuskan untuk menjadualkan operasi pembedahan untuk membuang testikel yang bermasalah tersebut karena khawatir akan timbulnya kanker. Kesalahan-kesalahan terjadi sejak dari proses formulir perijinan hingga kegagalan personil medis untuk menentukan sisi pembedahan sebelum prosedur operasi dilaksanakan. Kesalahan yang terjadi di West Los Angeles VA Medical Center ini membawa pada tuntutan hukum atas rumah sakit yang diajukan oleh Houghton dan istrinya. Beuh, masih untung cuma testikel, gimana coba kalo yang diangkat testisnya? Alamak...


Prosedur Invasive Jantung Terbuka... Tapi Salah Pasien...

Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berusia 67 tahun, diminta bantuannya dalam suatu pembelajaran di rumah sakit untuk cerebral angiography (ilmu mengenai darah pada otak). Sehari setelahnya, secara tidak sengaja dia "terpaksa" dijadikan objek studi mengenai invasive cardiac electrophysiology.
Setelah sesi angiography, pasien ini dipindahkan ke ruangan yang lain yang bukan merupakan ruangan asalnya. Kesalahan yang "direncanakan" terjadi keesokan harinya saat paginya pasien ini dibawa untuk suatu prosedur jantung terbuka. Dia berada di atas meja operasi yang mestinya bukan untuk dia selama satu jam. Para dokter membuat irisan pada pangkal pahanya, menusuk sebuah arterinya, menyambungnya ke sebuah pipa pembuluh lalu ke atas ke jantungnya (suatu prosedur yang mengakibatkan resiko tinggi terjadinya pendarahan, infeksi, serangan jantung, dan stroke). Kemudian tiba-tiba telepon berdering, dan seorang dokter dari bagian lain bertanya "Apa yang kalian lakukan dengann pasienku?" Tidak ada yang salah dengan jantungnya. Kardiologis yang melakukan prosedur itu mencek data wanita itu dan baru menyadari kesalahan fatal telah terjadi. Studi itu langsung distop, setelah rekondisi wanita malang itu akhirnya dikembalikan ke kamar asalnya, beruntungya, dalam kondisi yang masih stabil.


Suvenir Sepanjang 13 Inch


Donald Church, 49 tahun, mempunyai tumor di perutnya saat ia tiba di University of Washington Medical Center di Seattle pada bulan Juni 2000. Setelah meninggalkan rumah sakit itu, tumornya hilang - tapi satu alat operasi (retractor) malah menggantikan tempat tumornya. Ternyata dokter yang menanganinya secara tidak sengaja meninggalkan retractor sepanjang 13 inch di perutnya. Hal ini bukan kejadian yang pertama terjadi di klinik itu. Empat kasus yang sama pernah terjadi di klinik yang sama antara tahun 1997 dan 2000. Masih untung, ahli bedah masih bisa mengambil lagi retraktor yang ketinggalan itu segera setelah diketahui. Akibat dari peristiwa ini, Church mengalami konsekuensi gangguan fungsi perutnya. Klinik tersebut akhirnya setuju membayar Church sebesar US $97.000 (1 miliar rupiah) sebagai kompensasinya.


Rumah Sakit Salah Posisi Operasi Otak...Untuk Ketiga Kalinya dalam Setahun


Untuk ketiga kalinya dalam tahun yang sama, dokter-dokter di Rhode Island Hospital melakukan operasi pada sisi kepala yang salah pada pasien-pasiennya. Yang terakhir terjadi pada tanggal 23 November 2007. Seorang nenek berusia 82 tahun membutuhkan operasi untuk menghentikan pendarahan di antara otaknya dan tengkorak kepalanya. Seorang ahli bedah syaraf di rumah sakit itu mulai melakukan pembedahan dengan membuat lubang pada bagian sisi kanan kepala pasien, meski sebenarnya hasil CT scan memperlihatkan bahwa pendarahan terjadi pada bagian sisi kiri, menurut laporan media lokal. Beruntung dokter bedah ini segera menyadari kesalahannya dan segera menutup kembali lubang operasi yang salah dan melakukannya kembali pada sisi kiri kepala pasien. Kondisi pasien dilaporkan stabil pada hari Minggunya.
Kasus yang sama disebut-sebut juga terjadi pada bulan Februari, dimana seorang dokter yang lain juga melakukan operasi pada sisi kepala yang salah. Dan pada Agustus, lagi-lagi seorang kakek berusia 86 thaun menjadi korbannya, setelah nyawanya tidak terselamatkan akibat operasi pada kepalanya, tapi pada sisi yang salah dari kepalanya.



Terbangun Saat Operasi Membuatnya Bunuh Diri

Keluarga dari seseorang di West Virginia mengklaim telah terjadi pembiusan yang tidak cukup saat proses operasi dan mengakibatkan sang pasien bisa merasakan setiap irisan dari pisau bedah dan menjadikannya trauma berat. Trauma ini menurut keluarga itu membuat pasien itu melakukan bunuh diri dua minggu kemudian.
Sherman Sizemore dikirim ke Raleigh General Hospital di Beckley, W.Va., pada tanggal 29 Januari 2006 untuk dilakukan tindakan operasi berkenaan dengan rasa sakit di perutnya. Tapi, saat operasi dilakukan, pasien ini dilaporkan mengalami fenomena dimana yang dkenal dengan nama anesthetic awareness atau kesadaran selama pembiusan, yang membuat pasien bisa merasakan sakit atau ketidaknyamanan selama operasi berlangsung, sementara dia sendiri tidak bisa bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya. Menurut komplain yang diajukan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius pada pasien tapi gagal membuat mati rasa pasien hingga 16 menit setelah irisan pertama di perutnya. Anggota keluarga pasien tersebut mengatakan hal itu membuat trauma berat karena sadar saat sedang dioperasi tapi sama sekali tidak bisa bergerak atau mengkomunikasikannya dengan dokter yang akhirnya mendorongnya melakukan bunuh diri.